Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

keras kepala

Untuk kamu, sosok yang katanya tak kan pernah usang mencintaiku Aku mencintaimu, tanpa ada rasa lain yang ditambahkan Aku merindukanmu, tanpa ada celah yang dikurangi Entah, kamu tahu Entah, kamu tidak tahu Entah, kamu pura-pura tidak tahu Tetap saja, tanpa alasan Aku masih berani mencintaimu

Pintu

Terlalu lama, aku menunggunya terketuk. Dan aku masih kukuh membiarkannya terkunci. Meretas siang, menunda gelap. Karenanya, aku hanya terduduk dalam lamunan di sebuah kursi usang. Mungkin, suatu hari.. engkau sungkan datang untuk menjengukku atau sedikit merindukanku. Aku sedikit memaksa agar ada sedikit ingatanmu bahwa aku menunggu. Lalu, apa yang hatiku teriakkan terlanjur namamu. Sehingga, tak tahu aku pada angin. Tak kenal aku pada sejuk. Bermimpilah aku, suatu saat kamulah yang akan kubukakan pintunya lalu meregangkan otot pipimu untuk tersenyum. Ku kecup punggung telapak tanganmu. Kupeluk engkau mesra hingga pada nyata sebuah tanya jelas.. “kemana kau selama ini?” aku hanya menghela nafas, pintunya masih.. tertutup, rapat.

Secangkir teh hangat beruap sore ini

Suatu hari, cangkir ini akan kuberi padanya yang kutunggu melewati lelah. Teh hangat ini akan menghapus penatnya. Aku di detik yang sama akan meniadakan peluh yang menjulur dari dahinya. Akan kukenakan gaun terbaik untuk menyambut kepulangannya. Ku persembahkan senyum terbaik untuk menghiburnya. Teh hangat yang kubuat berbanding manis dengan kehadirannya melewati paruh waktu favoritku. Saat senja. Hingga ketika warna awan bersiluet merah dia akan membimbingku menuju gelap. Duduk bersama menengadah pada Rabb. Secangkir teh hangat beruap sore ini, hanya akan kuberikan padamu. Pada dua sorot mata yang menatapku paling teduh. Pada lengkung bibir yang paling mesra. Pada tangan yang akan menggenggamku untuk selama-lamanya. Ya, untuk masa depan yang kujaga dalam doa. Secangkir teh hangat beruap sore ini, akan kita nikmati bersama. Lalu kita akan berbagi kisah melintasi jatuh hingga bangunnya hari. Saat hari itu tiba, sayang.. ingatlah.. secangkir teh hangat beruap sore ini hanya akan

Aku takut satu inci

 Aku menggigit ketakutan satu inci di sampingmu Kamu tahu, jeritanku sampai ku tersedu? Aku kaku Aku mengalami beku satu inci di dekatmu Kamu tahu, kamu selalu membakarku Bukan hangat Tapi sekarang jadi sakit Bukan beku Tapi sekarang mati rasa Bukan menjerit Tapi meringis Sakit, sekali.. Aku takut Selamanya takut