Penegasan Dalam Shalat
Pernahkah
anda menunda-nunda shalat dan mengatakan bahwa hal ini anda lakukan semata-mata
ada hal yang lebih mendesak yang harus anda selesaikan? Atau anda menyatakan
bahwa alasan anda menunda shalat karena suatu urusan yang tidak bisa anda
tangguhkan? Anda memenuhi kebenaran yang anda pegang bahwa shalat bisa ditunda
begitu saja, yang penting anda melaksanakan shalat namun, apa jadinya apabila
anda melaksanakan shalat di batas waktu yang Allah tetapkan, misalnya
melaksanakan shalat ashar pada pukul setengah enam sore, dengan alasan anda
ditangguhkan oleh beberapa pihak yang memiliki urusan dengan anda. Anda
mengakui kecintaan anda pada Tuhan, namun anda mengingkarinya sendiri dengan
tindakan pengabaian seperti itu.
Pembaca yang budiman, “Jika mengakhirkan shalat dari awal
waktunya, sehingga ia shalat diakhir waktu tetapi shalat tetap dilakukan pada
waktunya maka tidak masalah. Karena mendahulukan shalat pada awal waktu adalah
keutamaan dan bukan kewajiban. Adapun jika menunda hingga keluar waktu shalat,
maka hal itu tidak diperbolehkan bagi anda. Kecuali jika anda seorang pelupa
dan betul-betul tenggelam dalam kesibukan, sehingga shalatnya terlupakan, maka
sesungguhnya Nabi Sholallohu ‘alaihi wassalam bersabda,
مَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلََّهَا إِذَا ذَكَرَهَا
“Barangsiapa tertidur atau lupa tidak
melakukan shalat maka hendaknya dia shalat apabila dia ingat.”(Muttafaq ‘Alaih)
Sehingga jika dia ingat belum melakukan shalat kemudian
melakukan shalat itu maka tidak apa-apa. Adapun jika dia ingat, tetapi dia
lebih memprioritaskan pekerjaan yang dia terikat dengannya atau mengakhirkannya
karena pekerjaan itu, maka hal ini adalah haram dan tidak diperbolehkan. Kalau
dia melakukan shalat itu setelah waktu tersebut karena mementingkan pekerjaan,
maka shalatnya tidak diterima, berdasarkan sabda Nabi Sholallohu
‘alaihi wassalam
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang
tidak atas perintah kami maka amalan itu tertolak.” (Muttafaq ‘Alaih)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan, barangsiapa
sengaja mengakhirkan waktu shalat hingga keluar dari waktunya tanpa alasan
syar’i maka sesungguhnya shalatnya tidak sah. Karena dia telah mengeluarkannya
dari waktu yang diperintahkan untuk menunaikannya pada waktu tersebut tanpa
udzur. Sehingga dia telah melakukan amalan yang tidak diperintahkan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala dan Rasul-Nya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memberi taufik kepada kita. (Syaikh Ibnu Utsaimin, Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin,
12/32)
(Dikutip
http://seninmalam.wordpress.com dari Fatwa-fatwa Untuk Pegawai, Pebisnis,
Pedagang dan Wiraswastawan, hal 009, Penerbit eLBA)
Dari pernyataan di atas secara tidak langsung, Allah
memerintahkan kita untuk tidak menunda shalat, karena shalat sendiri merupakan
amalan wajib sebagai penanda muslimnya seseorang. Sholat secara Bahasa berarti Do'a, sedangkan secara Istilah/Syari'ah (Terminologi), sholat adalah perkataan
dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul
ihram) diakhiri/ditutup dengan salam. Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun Islam
yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq manusia. Sholat didirikan sebanyak lima kali setiap hari, dengannya akan didapatkan
bekas/pengaruh yang baik bagi manusia dalam suatu masyarakatnya yang merupakan
sebab tumbuhnya rasa persaudaraan dan kecintaan diantara kaum muslimin ketika
berkumpul untuk menunaikan ibadah yang satu di salah satu dari sekian rumah
milik Allah subhanahu wa ta'ala (masjid). Allah SWT berfirman:
"Dan tidaklah mereka
diperintah kecuali agar mereka hanya beribadah/menyembah kepada Allah sahaja,
mengikhlaskan keta'atan pada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan hanif (lurus),
agar mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, demikian itulah agama yang
lurus". (Surat Al-Bayyinah:5).
Pembaca yang budiman, mencintai Allah secara lisan bisa
dilakukan oleh orang banyak namun, pembuktian yang kita berikan sesungguhnya
sangat sedikit. Ingatkah, pada Allah yang memberikan kita hidup, mengembalikan
kembali nyawa saat terbangun dari tidur, tapi kita jauh dari ucap syukur kepada-Nya.
Untuk apa mengejar kepentingan dunia yang hanya akan menjadi sebuah
kemungkinan, menjadi dokter, dosen, namun kita tidak mempersiapkan kepastian
dari hidup ini yaitu kematian. Tahukah anda dengan sosok Ahmadinejad? Meskipun
berada di perjalanan, beliau sanggup memprioritaskan sholat dan berani shalat
di trotoar jalan tol, menghentikan urusan di dunianya sementara. Dia adalah
seorang pemimpin negara islam pemilik industri nuklir terbesar abad ini.
Ahmadinejad
Kemudian, tahukah anda dengan sosok Mesut Ozil? Dia akan berlalu dari
pertandingan dan mengutamakan pendirian shalatnya, mengawali permainan sepak
bolanya dengan pembacaan ayat suci qur’an. Mesut Ozil, merupakan pemain terbaik
Jerman tahun 2008 hingga saat ini.
Mesut Ozil
Atau yang satu ini, Sved Man seorang
gangster yang bertobat dan sekarang tidak pernah hengkang dari pelaksanaan
shalatnya.
Sved Man
Pembaca yang budiman, kita bukan seorang pemimpin negara yang
hebat tapi berani melalaikan shalat. Kita bukan makhluk penuh prestasi namun
sanggup mengabaikan adzan, bahkan kita bukan mantan pembunuh, mengaku bukan
orang jahat namun, sering mengurungkan niat untuk bersujud pada Allah. Mari,
awali meraih jarak lebih dekat dengan Allah, hapuskan rasa takut saat anda
memutuskan untuk berdiplomasi menghentikan kegiatan anda sementara dengan
pihak-pihak yang berikatan dengan anda. Jangan pernah hidup dalam ketakutan,
karena takut hanya milik makhluk yang tidak berserah diri kepada Allah, yang
masih meragukan Allah dalam hatinya. Semoga kita semua mampu menjadi pribadi
yang lebih baik dan selalu beristiqomah dalam kebaikan.
Diani
Iska M
keren
BalasHapusthanks foe visit :)
BalasHapus