Bajingan
Kemarin,
senyap begitu pengap dalam lelap. Di persimpangan jalan kudapati Tuhan mengizinkanku
berbincang dengannya, kutulis segala penat menjadi rangkaian kata yang sedikit
mengupas ego.
Kamu: jadi,
selama ini hanya jarak?
Aku: itu
perumpamaan bodoh yang kudengar
Kamu:
menurutnya, aku tak baik, apa kau tetap mengindahkannya?
Aku: Demi
Tuhan, aku bahkan tidak memandangmu karenanya. Dia, bukan orang yang
mencintaimu. Jadi, ingatlah ucapan ini sebagai pernyataan bahwa aku denganmu
tidak karena siapapun.
Kamu: musuh
kita, hanyalah waktu dan jarak?
Aku: demi
Tuhan, bahkan taka da satu kerikilpun di dunia ini yang mampu mengusikmu keluar
dari penat ini
Kamu: apa
cinta harus sebuta itu?
Aku: cinta
juga tuli
Kamu:
maksudmu?
Aku: ya,
tidak penting seberapa banyak orang melakukan penilaian atas kejelekanmu.
Kamu: aku
harusnya tahu itu…
Aku: jika
kamu bercanda, temui saja ujung jalan ini.
Kamu: aku
tahu tapi silau saja hilang, aku.. pasti pergi
Tentu saja,
cerminanmu kini serentak menjadi gelap, hanya menjadi sesosok bayangan. Benar,
aku terbangun dari panjangnya cerita dan mulai menyeka nyata yang siap
berujung. Bayangan…. Ternyata kamu bajingan.
Komentar
Posting Komentar